Banyak alasan orang berdoa. Salah satunya untuk mendapat keberhasilan dan kemenangan. Misalnya, dalam kompetisi sepakbola Piala Dunia sekarang ini, kita bisa melihat para pemain, pelatih, dan pendukung tim mengandalkan juga doa untuk meraih kemenangan.
Banyak cara untuk mendapatkan kemenangan dalam turnamen sepak bola Piala Dunia 2010, Afrika Selatan. Selain dengan strategi jitu, latihan serius, performa pemain, dan dukungan penonton, kemenangan sebuah tim bisa dibantu juga dengan doa. Seringkali kita lihat, pemain sepakbola melakukan ritual doa sebelum berlaga di lapangan, seperti Frank Ribery (Prancis), Sulley Muntary (Ghana), atau Ibrahim Affelay (Belanda). Cara mereka berdoa memperlihatkan identitas bahwa mereka adalah muslim. Begitu pula pemain yang nonmuslim. Mereka seringkali berdoa sesuai dengan kebiasaan agamanya. Apa sebenarnya tujuan utama mereka? Apakah untuk kemenangan semata?
Dalam sebuah kompetisi atau lomba, rata-rata orang berdoa untuk mendapatkan kemenangan. Meskipun akhirnya justru kalah, para pemain tetap saja melakukan ritual doa dalam pertandingan selanjutnya. Seolah-olah doa tidak memengaruhi kemenangan dan kekalahan seseorang atau sebuah tim. Ini artinya, mereka berdoa tidak semata untuk kemenangan dengan angka atau poin. Lebih dari itu mereka ingin mendapatkan kemenangan yang berdimensi spiritual.
Mereka berulang kali terus berdoa apapun hasilnya karena tujuan utamanya adalah meraih kemenangan yang diridhai Allah. Ruhani mereka ingin menang dalam kondisi sesenang dan sesulit apapun. Bagi mereka, doa menjadi kebiasaan, bukan lagi sekedar pengharapan akan sesuatu. Orang yang memaknai doa seperti itu, biasanya tidak gampang frustasi. Dia tidak protes kepada Tuhan. Dia tetap yakin Allah selalu ada dalam hidupnya. Lantas, kalau kemenangan atau kekalahan, begitu juga kesuksesan atau kegagalan merupakan ketentuan Allah, benarkah doa sudah tidak diperlukan lagi?
Ada yang berkata bahwa segala sesuatu telah ditetapkan Allah dan tertulis di Lauh al Mahfûz. Jadi, tak ada lagi yang dapat diubah. Jika demikian apa gunanya kita berdoa? Persolan inilah yang sering mengemuka terkait makna dan tujuan doa. Padahal menurut M. Quraish Shihab pandangan tersebut tidaklah tepat.
Dalam bukunya bertajuk Wawasan Al-Qur’an tentang Zikir dan Doa, M. Quraish Shihab meluruskan pandangan perihal doa tadi. Menurutnya, pandangan itu muncul karena manusia tidak mengetahui pengetahuan Allah menyangkut permintaan-Nya. Manusia dituntut untuk berusaha, dan salah satu usaha itu adalah doa. Dengan doa, seseorang yang beriman akan merasa lega, puas hati, dan tenang karena merasa bersama Allah Yang Maha Kuasa. Dengan demikian, dia merasakan ketenangan dan hal tersebut memberinya kekuatan batin dalam menghadapi penyakit dan sakitnya, atau rasa takut dan kecemasannya. Hal ini sangat membantu dalam penyembuhan dan keseimbangan jiwanya.
Itulah sebenarnya inti dari orang-orang yang menang karena berdoa, bukan menang yang terlihat dari pencapaian secara rasional dan material. Maka, berbahagialah orang-orang yang senantiasa tak pernah lepas dari doa, dalam kondisi dan situasi apapun. Mereka lah orang-orang yang selalu mendapatkan kemenangan berupa ridha Allah dalam setiap langkah hidupnya.
“Tiada sesuatu yang lebih mulia di sisi Allah melebihi doa” (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah, melalui Abu Hurairah ra.). (yogira)